Program KerjaTahun Ajaran 2014/ 2015:

Program Pemeliharaan KesehatanMahasiswa Program inimemberikan pelayanan kesehatan kepadamahasiswa melalui : Perlindungan asuransi kecelakaan bagi seluruh mahasiswa STIKesMadani Layanan berupa bantuanrawatinapbagimahasiswa yang mengalaminya Layanan kesehatan pada waktu jam kerja STIKes Madani Program inidilaksanakanmelalui RS AT-Turots SasaranMutu : Prosentasemahasiswa yang mendapat perlindungan asuransikecelakaan 100% Tingkat kepuasanlayanankesehatan ≥90% Program Penyaluran BeasiswaMahasiswa Sumberbeasiswa dari pemerintah dan ayasan Jenisbeasisway : beasiswamahasiswaberprestasidanbeasiswamahasiswakurangmampu Namabeasiswa yang disalurkankepadamahasiswa : PPA, BBM, Yayasan At-Turots (beasiswa semester) Sasaranmutu : Untukmahasiswa yang akanmenerimabeasiswabaikitubeasiswaprestasiataukurangmampusedangdalamprosespengumpulan data, sehinggabelumdapatkamisampaikan. Program KreativitasdanKompetisiMahasiswa Program inibertujuanuntukmeningkatkannamabaikSTIKesMadanidimata stakeholder, mengukurkualitaskhususnyamahasiswaSTIKesMadaniditingkat regional maupunnasional, sertasebagaisaranaaktualisasidiribagimahasiswaSTIKesMadani Kegiatan yang akandilaksanakandandiikutimahasiswamelalui program inidiantaranya : Focus GroupDiscusiondanEnglish Debating Competition Sasaranmutu : Mendapatkanjuaratingkat regional minimal satu kali dalamsatusemester...

Read More

Permasalahan Dunia Pendidikan

Masalah Mendasar Pendidikan di Indonesia Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang pendidikan akan menyadari bahwa dunia pendidikan kita sampai saat ini masih mengalami “sakit”. Dunia pendidikan yang “sakit” ini disebabkan karena pendidikanyang seharusnya membuat manusia menjadi manusia, tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak begitu. Seringkali pendidikan tidak memanusiakan manusia. Kepribadian manusia cenderung direduksi oleh sistem pendidikan yang ada. Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia, menghasilkan “manusia robot”. Kami katakan demikian karena pendidikanyang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang.Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika orang sedang belajar, maka orang yang sedang belajar tersebut melakukan berbagai macam kegiatan, seperti mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai, semangat dan sebagainya. Hal yang sering disinyalir ialah pendidikan seringkali dipraktekkan sebagai sederetan instruksi dari guru kepada murid. Apalagi dengan istilah yang sekarang sering digembar-gemborkan sebagai “pendidikan yang menciptakan manusia siap pakai. Dan “siap pakai” di sini berarti menghasilkan tenaga-tenaga yang dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang industri dan teknologi. Memperhatikan secara kritis hal tersebut, akan nampak bahwa dalam hal ini manusia dipandang sama seperti bahan atau komponen pendukung industri. Itu berarti, lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi lembaga produksi sebagai penghasil bahan atau komponen dengan kualitas tertentu yang dituntut pasar. Kenyataan ini nampaknya justru disambut dengan antusias oleh banyak lembagapendidikan. Masalah kedua adalah sistem pendidikan yang top-down (dari atas ke bawah) atau kalau menggunakan istilah Paulo...

Read More