Oleh : Filu Marwati Santoso Putri
Turnitin, sebuah aplikasi pengecekan plagiat dan kemiripan yang saat ini sangat populer demi mencari barang bukti perilaku plagiat seseorang. Bagi kita yang pernah mengunggah karya dengan aplikasi ini pasti pernah merasakan kecewa karena batas plagiiatnya melebihi standar yang ditetapkan oleh kebijakan masing-masing pengguna karya. Terkadang timbul sebuah gugatan dalam diri, kenapa karya kita tidak lolos turnitin padahal sudah berusaha memparafrase? Karena, parafrase itu ada seninya, Anak Muda!
Melakukan parafrase pada dasarnya sangat sederhana, hanya perlu membaca berulang dan mendiamkan. Selanjutnya, kita bisa memilih salah satu atau kombinasi dari tiga seni berikut ini :
- Ganti diksi
Ternyata, untuk mencari diksi yang berbeda tidak semudah berteori. Dengan alibi sibuk dari kecil hingga dewasa, kita berasalan tidak sempat membaca dan memperkaya diksi. Bukan masalah sekali dua kali, tetapi pengayaan kata adalah sebuah pembiasaan.
Saat kondisi malas membaca melanda seseorang, bisa dipastikan diksi yang mereka punyai hanya itu-itu saja. Kayanya diksi seseorang dikarenakan banyaknya bacaan yang mereka lalui. Nah, diksi ini bukan merupakan hal sepele dalam seni parafrase. Diksi menjadi konten penting dalam proses, kualitas, dan keberhasilannya. Karena, untuk menghindari plagiasi kita perlu mengubah diksi sebesar 80% dari kalimat atau paragraph asalnya.
Lantas bagaimana solusinya bagi kita yang hingga waktunya tiba tapi belum mempunyai kebiasaan rajin membaca? Jika ditanya secara ideal maka saya akan jawab “Rajin membaca dulu, baru belajar seni parafrase”. Namun, jika merujuk dari keberadaan buku ini sebagai sebuah solusi maka tidaklah afdhol kalau saya tidak memberikan jalan keluar atas kondisi stuck yang dialami saat proses penulisan karya ilmiah dan skripsi.
Era digital menghadirkan berbagai fasilitas yang memudahkan kita untuk mendapatkan segala sesuatu dengan gratis, termasuk untuk seseorang yang miskin diksi. Berbagai aplikasi sinonim sudah banyak beredar tanpa memungut biaya bagi pemakainya, seperti Tesaurus, KBBI, The lecture, Kamus Sinonim dan Antonim, dan lain sebagainya.
Contoh :
Kalimat asal
Sejarah menuliskan bahwa swamedikasi biasa dilakukan oleh masyarakat Desa Marga yang mayoritas penduduknya adalah lansia.
Parafrase
Masa lalu mencatat bahwa pengobatan secara mandiri menjadi kebiasaan warga Desa Marga dimana sebagian besar masyarakatnya berusia lanjut.
Dari hasil parafrase dengan metode ganti diksi di atas terlihat bahwa semua diksi sudah terubah tanpa mengurangi makna, kecuali diksi-diksi yang menunjukkan lokasi dan konjungsi.
- Ganti kelas kata
Kelas kata merupakan perangkat kata yang sedikit banyak berperilaku sintaksis sama. Pembagian kelas kata dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi empat, yaitu: kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), dan kata tugas (Kridalaksana, 2008).
Untuk menggunakan model ini, kita dituntut bisa mengacak kalimat dan menambah beberapa kata sehingga nyaman dibaca. Keberhasilan mengacak kalimat agar nyaman dibaca tidak bisa didapatkan dalam sekali jadi. Trial error dan ketekunan berlatih menjadi kunci keberhasilan dalam metode ini.
Contoh :
Kalimat asal
Sejarah menuliskan bahwa swamedikasi biasa dilakukan oleh masyarakat Desa Marga yang mayoritas penduduknya adalah lansia.
Parafrase
Penulisan sejarah menyatakan bahwa Masyarakat Desa Marga yang mayoritas lansia biasa melakukan swamedikasi.
Perubahan kelas kata pada contoh di atas terlihat dari kata kerja (menuliskan) menjadi kata benda (penulisan), sehingga struktur belakangnya pun akan diacak mengikuti kata depan.
- Bedakan urutan
Menukar urutan frasa, dari depan ke belakang dan sebaliknya.
Jika berbentuk paragraf, maka penukaran juga berlaku untuk kalimat. Penukaran tidak menyebabkan perubahan makna atau substansi.
Contoh :
Kalimat asal
Sejarah menuliskan bahwa swamedikasi biasa dilakukan oleh masyarakat Desa Marga yang mayoritas penduduknya adalah lansia.
Parafrase
Masyarakat Desa Marga yang mayoritas lansia terbiasa melakukan swamedikasi sebagaimana yang dituliskan sejarah.
Dari ketiga metode, manakah yang paling disarankan? Jawaban paling sederhana adalah lakukan yang termudah sesuai kemampuan. Semakin sering berlatih, maka pengembangan metode akan terus mengikuti.