Artikel Kesehatan
Kontrasepsi Mantap
BAB I TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kontap Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan metode KB yang paling efektif, murah, aman dan memiliki nilai demografi yang tinggi. Kontap sampai saat ini belum masuk program gerakan keluarga berencana nasional Indonesia, namun pelayananan kontrasepsi mantap dapat diterima masyarakat, dan makin lama makin besar jumlahnya dengan usia makin muda. Kontap pertama kali dimulai di RSUP Denpasar dan masih berkembang sampai sekarang.
B. Macam-macam Kontap dan pembahasanya
a). TUBEKTOMI PADA WANITA Kontrasepsi mantap atau sterilisasi pada wanita adalah suatu kontrasepsi permanent yang di lakukan dengan cara melakukan tindakan pada kedua saluran telur sehingga menghalangi pertemuan sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma). Di Indonesia sterilisasi padd wanita mulanya hanya dikerjakan atas indikasi medis dan terutama dilakukan padd waktu yang bersamaan dengan tindakan obstetric operatif periabdominal, seperti seksio sesarea, oprasi tumor, laparotomi pada kehamilan ektopik terganggu dan pada waktu laparotomi lainnya. Pada mulanya sterilisasi dilakukan para ahli bedah sewaktu membuka perut wanita karena suatu indikasi medis, misalnya pada waktu sesio sesarea, operasi tumor, laparotomi pada kehamilan ektopik terganggu, apendektomi, dsb. Sekarang ini sterilisasi pada wanita telah berkembang dan dikerjakan dalam 24 jam pasca persalinan atau keguguran dan dalam masa interval. Dahulu sterilisasi operasi dilakukan dengan anestesi umum, luka insisi lebar dan harus dirawat inap di rumah sakit. Sekarang teknik sterilisasi telah berkembang sedemikian pesatnya, sehingga dapat dilakukan tanpa anestesi umum tanpa harus rawat inap, hanya dengan insisi kecil dan ditemukan teknik mencapai tuba baik dari vagina maupun dari abdomen sehingga perwatannya sudah bersifat poliklinis.
KAPAN STERILISASI DILAKUKAN ? · Masa interval Sebaiknya setelah selesaai haid · Pasca persalina (post partum) Sebaiknya dilakukan dalam24 jam atau selambat-lambatnya 48 jam pasca persalinan. Setelah lebih dari 48 jam, oprasi dipersulit oleh adanya edema tuba dan infeksi yg akan menyebabkan kegagalan sterilisasi. Bila dilakukan setelah hari ke 7-10 pasca persalinan, uterus dan alat-alat genital lainnya telah mengecil dan menciut maka oprasi akan lebih sulit. Mudah berdarah dan infeksi. · Pasca keguguran (postabortus) Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi. · Waktu operasi membuka perut. Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka diding perut hendaknya harus dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai indikasi untuk dilakukan sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada pasangan suami istri karena kesempatan ini dapat dipergunakan sekaligus untuk melakukan kontrasepsi mantap.
Kebanyakan sterilisasi dilakukan dalam masa pasca persalinan sekitar 24-48 jam pasca persalinan degan keuntungan : a). Teknik sederhana dapat dilakukan dilipatan pusat untuk tujuan estetika karena lukanya kecil sehingga parut tersembunyi dilipatan pusat. b). Lama rawat inap di RS tidak diperpanjang.
INDIKASI: 1. Indikasi medis umum adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita ini hamil lagi. a) Gangguan fisik : tuberculosis pulmonum, penyakit jantung, ginjal, kanker payudara, multiple sclerosis, penyalkit retikulosis dsb. b) Gangguan psikis : skizofrenia (spikosis), sering menderita psikosa nifas, dll. 2. Indikasi medis obstetric Yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesarea berulang, histerektomi obstetric dsb. 3. Indikasi medis ginekologik pada waktu melakukan operasi ginekologik dapat pula dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi. 4. Indikasi social ekonomi adalah indikasi berdasarkan beban social ekonomi yang sekarang ini terasa bertambah lama bertambah berat.
STERILISASI SALURAN TELUR Ada beberapa cara melakukan sterilisasi pada saluran telur: 1. Dengan memotong sal telur (tubektomi): · Cara Pomeroy · Cara Kroener · Cara Madlener · Cara Aldridge · Cara Irving · Cara Uchida. 2. Dengan membakar sal telur menggunakan aliran listrik: · Fulgurasi · Koagulasi · Kauterisasi 3. Dengan menjepit sal telur: · Menggunakan klip: klip hulka · Menggunakn cincin: cincin falope dan yoon. 4. Dengan menyumbat dan menutup sal telur: · Memakai bahan kimiawi seperti perak nitrat, plastic, seng klorida, kuinakrine, dan sebagainya
b). VASEKTOMI(STERILISASI PRIA) Vasektomi adalah tindakan memotong dan menutup saluran mani (vasdeferens) yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat produksinya di testis. Vasektomi tidak sama dgn kastrasi (kebiri). Kastrasi adalah mengangkat atau merusak testis sehingga produksi sel mani tidak ada lagi. Vasektomi sebenarnya telah dikenal orang sejak lama. Pada abad 19, para ahli bedah telah melakukan vasektomi untuk tujuan pengobatan : mencegah infeksi kelenjar prostate atau pada hipertrofi kelenjar prostate. Di Indonesia vasektomi sebagai tujuan kontrasepsi belum begitu digalakan.hal ini memerlukan motivasi dan penerangan yang lebih luas, karena masih banyak pria menyangka bahwa vasektomi sama dengan kebiri. Banyak pria yang bersedia kehilangan fertilitasnya, namun mereka takut kehilangan kejantanannya. Haruslah dijelaskan, bahwa pada vasektomi produksi sperma dan produksi hormone pria akan terus berjalan seperti sebelumnya.hanya sperma yang baru dihasilkan tidak akan dikeluarkan melalui persetubuhan
INDIKASI · Untuk tujuan kontrasepsi yang bersifat permanent · Untuk tujuan pengobatan guna mencegah epididitimis
TEKNIK · Penutupan duktus spermatikus (vas deferens) dapat dilakukan dengan cara diikat (ligasi); dipotong (vasektomi); menggunakan klip, cincin, atau bands. Pria yang baru divasektomi tidak langsung menjadi steril, karena didalam sal proksimal vasdeferens dan dalam vesika seminalis masih terdapat puluhan bahkan ratusan juta sperma. Karena pada waktu pulang berikan juga 15 buah kondom, yang harus dipakai pada setiap koitus. · Pria baru bisa steril (mandul) biasanya setelah 10-15 kali ejakulasi, hal ini sebaiknya dibuktikan dengan pemeriksaan analisa semen.
KOMPLIKASI · Komplikasi pasca bedah : - Perdarahan, hematoma - Rasanyeri, pegal - Infeksi · Komplikaasi dalam jangka waktu yang agak lama - Granuloma - Kemungkinan terjadinya rekanalisasi · Komplikasi yang ditakuti akseptor seperti impotensi atau menimbulkan nafsu pria yang berlebihan tidak ada.
KEGAGALAN
- Rekanalisasi spontan; hal ini tidak terjadi pada keadaan bila kedua ujung dibakar - Bila yang di potong bukan vasdeferans missal pembuluh darah - Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat. - Ada lebih dari satu vasdeferens (duplikasi vasdeferens) - Akseptor telah bersetubuh dengan isteri sebelum benar-benar steril.
KEUNTUNGAN
KEKURANGAN
LANGKAH-LANGKAH VASEKTOMI
INTERVENSI KEPERAWATAN /PENDIDIKAN PASIEN Kantong es dipasang secara intermiten pd skrotum selaama beberapa jam setelah pembedahan untuk mengurangi pembengkakan dan untuk meredakan ketidaknyamanan.pasiendinsehatkan untuk mengenakan celana dalam yg terbuat dari katun dan berjenis jockey untuk menambah kenyamanan dan sanggaan.hal ini merupakn kondisi temporer yg sering terjadi stelah vasektomidan mungkin dapat diredakan dgn mandirendam duduk.hubungan seksual mungkin dapat dilakukan kembali sesuai keinginan,meskipun fertilitas tetap ada selama beberapa waktu setelah vasektomi sehingga spermatozoadisimpan disebelah distal dibagian vas yg telah dievakuasi.metode kontrasepsi lain harus digunakan sampai infertilitas ditegakkan melalui pemeriksaan cairan yg diejakulasi.bebrapa dokter memeriksa specimen 4minggu setelah vasektomi untuk menentukan sterilitas;dokter lainnya memeriksa dua specimen berurutan dgn interval 1 bulan,dan dokter yg lain lagi menganggap pasien teril setelah 36 kali ejakulasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri b/d agen cidera biologi 2. Ansietas b/d rencana pembedahan 3. Kerusakan jaringan b/d luka operasi 4. Gangguan pola tidur b/d nyeri akibat pembedahan. 5. Kurang pengetahuan diri b/d informasi tentang penyakit d/d pasien sering menanyakan tentang penyakitnya.
BAB II KASUS
Seorang wanita umur 29 th G4P3O1, keadaan umum klien baik. Td: 130/100, nadi: 94x/menit, R: 16x/menit. Klien terdeteksi menderita kanker leher rahim stadium dini pada waktu melahirkan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari maka dokter menyarankan kepada pasien untuk malakukan operasi tubektomi untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan jika ibu hamil lagi karena kehamilan ibu bisa mengancam nyawa ibu ataupun janin yang ada dalan kandungannya. Rencana operasi di lakukan 2 hari setelah ibu melahirkan.Sebelum di lakukan operasi klien merasa takut dan cemas, tapi setelah di beri penjelasan oleh dokter dan perawat yang bertugas pada saat itu pasien merasa lebih baik dan siap menghadapi operasi tubektomi demi keselamatan jiwa dan janin yang mungkin akan di lahirkan kelak. Setelah dilakukan operasi klien mengeluh nyeri di bawah pusat, lemas, dan klien tampak pucat. Klien menanyakan hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan setelah operasi dilakukan.
Waktu : 6 Mei 2008 Tempat : RSUD Dr Suradji Tirtonegoro Klaten
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. R Umur : 29 th Jenis kelamin : Perempuan Suku bansa : Jawa/Indonesia Agama : Islam Pekerjan : Swasta Pendidikan : Sma Alamat : Jl. Pramuka 21 Klaten Tanggal masuk : 5 Mei 2008 Cara masuk : Melalui poliklinik RSUD Dr.surajdi Tirtonegoro Diagnosis medis : Abortus dan Operasi Tubektomi Alasan dirawat : Akan dioperasi Keluhan utama : Abortus anak ke 4
II. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY) 1. Riwayat Penyakit Sekarang Klien terdeteksi kanker leher rahim stadium dini
2. Riwayat Penyakit Dahulu Selama melahirkan klien tidak mengeluhkan sakit.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga Nenek dari klien pernah menderita penyakit yang sama.
4. Keadaan Kesehatan Lingkungan Klien mengatakan bahwa lingkungan tempat tinggalnya cukup bersih
5. Riwayat Kesehatan Lainya Klien juga pernah mempunyai riwayat hipertensi 3 th yang lalu.
III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum pasien baik 2. Tanda-tanda fital Suhu : 36 C Nadi : 94x/menit, kuat dan teratur Tekanan darah : 130/100mmHg Respirasi : 16x/menit.
3. Body system 1). Perkemihan – Eliminasi Urine (B4 : Bladder) Jumlah urine 1500cc/24 jam, frekuensi 3-4x/hari, warna urine kuning, bau normal. Genital hygiene cukup bersih. Hasil BOF : tidak di dapatkan kelainan (normal)
2). Pencernaan – Eliminasi Alvi (B5 : Bowel) Peristaltic normal, tidak kembung, tidak terdapat obstipaso ataupun diare, klien buang air besar 1x/hari. 3). Tulang-Otot-Integumen (B6 : Bone) Tidak terdapat kentraktur maupun dekubitus Hasil BOF : tidak di dapatkan kelainan (normal)
4. Head To Toe · Kepala : Bentuk normal, ukuran normal, posisi simetris, kulit kepala bersih · Rambut : Kebersihan cukup · Mata : Simetris, tidak ada kelainan. · Hidung : Tidak ada benda asing, tidak epistaksis, tidak ada polip. · Telinga : Tidak ada kelainan. · Mulut dan gigi : bibir kering, mukosa mulut agak kering, stomatitis(-), peradangan faring(-). · Leher : perbesaran kelenjar getah bening(-), kaku kuduk(-). · Thorax : pernapasan dada simetris, ronchi dan wheezing(-). · Abdomen : asites(-), umbilikus datar. · Extremitas : atas dan bawah tidak ada kelainan. · Integument : keadaan kulit bersih, tonus baik, turgor baik, akral hangat. · Alat kelamin luar : bersih. · Anus : bersih. · Extremitas : atas dan bawah tidak ada kelainan. · Integument : keadaan kulit bersih, tonus baik, turgor baik, akral hangat IV. Pola aktivitas sehari-hari 1. Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan Klien jarang menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan,kecuali bila sangat terpaksa .klien terbias meminum jamu-jamuan dan obat-obat tradisional.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme Klien dirumah bias makan 3 X/hari dengan lauk yang cukup.klien tidak alergi makanan tertentu.Saat ini klien selalu menghabiskan porsi makanan yang diberikan dan minum air putih sekitar 2-8 liter perhari.
3. Pola Eliminasi Klien buang air besar 1 Xsehari. Klien buang air besar 3-4 X/hari.Jumlah urine 1500 cc/24jam. Warna urine kuning,bau normal.
4. Pola Tidur dan istirahat Klien mengatakan semalam saya tidur sering terbangun,saya membayangkan bagaimana operasi nanti.Klien kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari.klien tampak terganggu dengan kondisi ruang perawatan yang ramai.
5. Pola Aktivitas dan Latihan Klien biasanya bekerja diluar rumah,tapi saat ini klien hanya beristirahat di Rumah Sakit sambil menunggu rencana operasi.
6. Pola hubungan dan peran Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar tempat tinggalnya biasa sangat baik dan akrab.
7. Pola sensori dan kognitif Klien mampu mendengar dengan baik, klien tidak mengalami disorientasi. 8. Pola Persepsi dan Konsep Diri Klien mengalami cemas karena kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang programkan.
9. Pola Seksual dan Reproduksi Selama di rawat klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya.
10. Pola Mekanisme/Penangulangan Stress dan Koping Klien merasa sedikit stress menghadapi tindakan operasi karena kurangnya pengetahuan tentang tipe pembedahan dan jenis anestesi.
11. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan Dengan kondisi nyeri hebat pada mata sebelah kiri memerlukan adaptasi klien dalam menjalankan ibadahnya.
12. Personal Higiene Kebiasaan di rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari, dan cuci rambut 3 X/minggu. 13. Ketergantungan Klien tidak menkonsumsi rokok atau alcohol.
14. Aspek Sikologis Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress.
15. Aspek Sosial/Interaksi Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar tempat tinggalnyabiasa sangat baik dan akrab. Saat ini klien terputus dengan dunia luar, kehilangan pencari nafkah (bagi keluarganya), biaya mahal.
16. Aspek Spiritual Klien dan keluarga sejak kecil memeluk agama islam, ajaran agama di jalankan dengan baik setiap saat. Klien termasuk orang yang rajin dalam ibadahnya dan termasuk orang yang aktif mengikuti kegiatan keagamaam di lingkungan tempat tinggalnya. Saat ini klien meras terganggu dengan pemenuhan kebutuhan spiritualnya karena dia sakit saat ini.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Data objektif : ü Klien merasa takut, cemas. ü Tanda-tanda vital : o Nadi : 64 ×/ mnt o Tekanan darah : 110/60 mmHg o Pernafasan : 32 x / mnt
Data subyektif ü Klien merasakan nyeri. ü Klien merasakan lemas, tampak pucat. ü Mengatakan cemas karena takut akan penyakitnya. ü Pasien sering bertanya tentang penyakitnya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri b/d agen cidera biologi 2. Gangguan pola tidur b/d nyeri akibat pembedahan. 3. Kurang pengetahuan diri b/d informasi tentang penyakit d/d pasien sering menanyakan tentang penyakitnya.
2.3 PERENCANAAN
V. Pengkajian post operasi Operasi dilakukan jam 11.30 – 12.15 pada tanggal 7 Mei 2008 dengan local anestesi. Keadaan umum baik, T : 170/100, nadi : 94 x/menit, R : 16 x/menit, GCS : E 4, V5,M6 total : L. Klien tidur dengan posisi terlentang dengan kepala dipertahankan/tidak miring kiri atau kanan. Klien mengatakan rasa nyeri seperti di tarik-tarik pada mata yang di operasi, skala nyeri angaka 5 dipilih pasien (5-10). Luka operasi ditutup dengan kasa steril dan plester. Klien mengatakan tidak tau tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan setelah operasi. Kepala tidak miring keposisi mata yng tidak dioperasi, takut duduk dan berdiri setelah enam jam dari operasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Ø Sterilisasi merupakan cara berkeluarga yang sifatnya permanen. Ø Sterilisasi pada pria dilakukan melalui vasektomi, sedangkan pada wanita dilakukan ligasi tuba atau tubektomi. Ø Vasektomi tuba (Ma) merupakan peningkatan dan penyederhanaan dari NTTOT. Vasektomi kit BKKBN dapat dipakai vasektomi tuba (Ma) yang merupakan kreasi baru kontap wanita. Vasektomi tuba (Ma) mengantar wanita mencapai klimakterium dalam suasana alami. Hipotesis (asumsi) ini perlu di buktikan dengan penelitian hormonal. Diharapkan dan disarankan agar vasektomi tuba (Ma) dapat dimanfaatkan dengan lebih luas.
Last Updated (Sunday, 05 December 2010 03:33) HIPEREMISIS GRAVIDARUM
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang palingsering dijumpai pada kehamilan trimester I, kurang lebih pada 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida mengalami mual dan muntah, namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1000 kehamilan. Hiperemesis Gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urin, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis, dan sebagainya.
Belum diketahui pasti, namun beberapa faktor mempunyai pengaruh antara lain : Faktor predisposisi, yaitu primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Faktor organic, yaitu alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolic akibat hamil, dan resistensi ibu yangmennurun. Faktor psikologi.
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, penurunan klorida urin, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurnahingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan elslresi yang berlebihan selanjutnya menamnah frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esophagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.
Menurut berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu : Tingkat I. Muntah terus-menerus yangmempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah, nafsu makan tidak ada, BB menurun, dan nyeri epigastrum. Frekuensi nadi pasien naik sekitar 100X/mnt, TD sistollik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata cekung. Tingkat II. Pasien tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang naik, dan mata sedikit ikterik. BB pasien turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi, dan nafas berbau aseton. Tingkat III. Kesadaran pasien menurun dari somnolen sampai koma, muntah berhenti, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat, dan TD makin turun.
Elektrolit darah dan urin.
Ensefalopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental serta payah hati dengan gejala timbulnya ikterus.
Dari anamnesis, didapatkan amenorhe, tanda kehamilan muda, dan muntah terus menerus. Pada pemeriksan fisik didapatkan keadaan pasien lemah apatis sampai koma, nadi meningkat sampai 100x/mnt, suhu meningkat, TD turun, atau ada tanda dehidrasi lain. Pada pemeriksaan elektrolit darah ditemukan kadar natrium dan klorida turun. Pada pemeriksaan urin kadar klorida dan dapat ditemukan keton.
Muntah karena gastritis, ulkus peptikum, hepatitis, kolesistitis, pielonefritis.
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis. Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis. Makan sedikit-sedikit, tetapi sering. Berikan makanan selingan seperti biskuit, roti kering dengan the hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Hindari makanan berminyak dan berbau. Makanan sebaiknya dalam keadaan panas atau hangat. Defekasi teratur.
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan yaitu : Penderita di isolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara yang baik. Kalori diberikan secara parenteral dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 lt/hr. Diuresis selalu dikontrol untuk menjaga keseimbangan cairan. Bila selama 24jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik, coba berikan minuman dan makanan yang sedikit demi sedikit ditambah. Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital. Dianjurkan pemberian vitamin B1 dan B6 tambahan. Pada keadaan lebih berat berikan antimetik seperti metoklopramid, disiklomin, hidroklorida atau klorpromazin. Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien penyakitnya bisa disembuhkan serta menghilangkan rasa takut hamil dan konflik yang melatarbelakngi hiperemesis.
Dengan penanganan yang baik, prognosis sangat memuaskan. Namun, pada tingkat yang berat dapat menyebabkan kematian ibu dan janin.
ASUHAN KEPERAWATAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
KASUS: Ny.R berusia usia 30tahun,G3P3A0. datang ke UGD dengan keluhan mual muntah berlebihan dengan frekuensi 8x/hr selama 5 minggu. Mengeluh nyeri pada epigastrum, pasien terlihat lemah, BB turun 7kg, nafas berbau aseton, turgor kulit jelek, mata cekung, lidah kering, TD 90/70 mmHg, nadi 112 x/mnt, Rr 26x/mnt, suhu 37,5ºC. Ny. R mengatakan kehamilan ini tidak direncanakan karena kesulitan ekonomi.
a) Aktivitas Istirahat Tekanan darah 90/70 mmHg, denyut nadi meningkat (112 x/mnt)
b) Integritas Ego Kesulitan ekonomi, kehamilan tidak direncanakan.
c) Eliminasi Perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi berkemih, urinalisis: peningkatan konsentrasi urine.
d) Makanan atau Cairan Mual dan muntah yang berlebihan 8 x/hr selama 5 minggu, nyeri epigastrium, pengurangan BB (7 kg), membrane mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung, dan lidah kering.
e) Pernafasan Frekuensi pernafasan meningkat 26 x/mnt
f) Keamanan Suhu 37,5 ºC, badan lemah, ikterus dan dapat jatuh koma
g) Seksualitas Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik . h) Interaksi Sosial Perubahan status kesehatan/ stressor kehamilan, perubahan pikiran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi tahap hospitalisasi dan sakit, system pendukung yang kurang
i) Pembelajaran dan Penyuluhan § Segala ynag dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi kalau berlangsung sudah lama. § BB turun lebih dari 1/10 BB normal. § Turgor kulit, lidah kering. § Adanya aseton dalam urine
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d frekuensi mual dan muntah berlebihan. 2. Defisit Volume cairan b.d cairan yang berlebih. 3. Cemas b.d koping tidak efektif; perubahan psikologi kehamilan. 4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan.
a) Batasi intake oral hingga muntah berhenti. R: memelihara cairan elektrolit dan mencegah nuntah selanjutnya.
b) Berikan obat antimietik yang dprogramkan dengan dosis rendah misalnya phnergan10-20mg/i.v. R : mencegah nmuntah serta memelihara keseimbangan cairan dan elekrolit.
c) Pertahankan terapi cairan yang diprogramkan. R : koreksi adanya hipovolemia dan keseimbangan elektrolit.
d) Catat intake dan output. R : menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melalui muntah.
e) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering. R : dapat mencakupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
f) Anjurkan untuk menghindari makanan berlemak. R : dapat menstimulus mual dan muntah.
g) Anjurkan untuk makan makanan selingna seperti biscuit, roti, dan teh (panas) hangat sebelum bangun tidur pada siang hari dan sebelum tidur. R : makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah yang berlebihan.
h) Catat intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode tertentu. R : mempertahankan keseimbangan nutrisi.
i) Inspeksi adanya infeksi atau lesi pada mulut. R : untuk mengetahui integritas mukosa mulut.
j) Kaji kebersihan oral dan perioral hygiene secara penggunaan cairan pembersih mulut sesering mungkin. R : untuk mempertahankan integritas mukosa mulut.
k) Pantau kadar haemoglobin dan hemosokrit R : mengidentifikasi adanya energi potensial penurunan kapasitas pembawa oksigen ibu.
l) Test urine terhadap asetn, albumin dan glukosa. R : menetapkan data dasar dilakukan secara rutin untuk mendeteksi situasi potensial resiko tinggi seperti ketidak adekuatan asupan KH, diabetic, ketoasidosis dan hipertensi karena kehamilan.
m) Ukur pembesaran uterus. R : malnutrisi ibu berdampak terhadap perkembangan janin dan memperberat penurunan komplemen sel otak pada janin yang mengakibatkan kemunduran perkembangan janin dan kemungkinan-kemungkinan lebih lanjut.
a) Tentukan frekuensi / besarnya mual muntah. R : memberikan data berkenaan dengan semua kondisi peningkata hormone chorinic gonadotrophin(HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan mobilitas gastric memperberat mual muntah pada trimester.
b) Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain. R : membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi masalh khusus dalam mengidentifikasi intervensi.
c) Kaji suhu badan dan turgor kulit, membrane mukosa, TD, input atau output dan berat jenis urine. R : timbang BB pasien dan bandingka dengan standar indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat kebutuhan hidrasi.
d) Anjurkan peningkatan asupan bikarbonat. R : makan sesering mungkin dengan jmlah sedikit, makanan tinggi bikarbonat seperti roti kering saat bangun tidur, membantu dalam meminimalkan mual muntah dengan menurunkan keasaman lambung.
a) Control lingkungan klien dengan batasi pengunjung. R : mencegah dan mengurangi kecemasan.
b) Kaji tingkat fungsi psikologis R : menjaga integritas psikologis.
c) Berikan support psikologis R : menurunkan kecemasan dan membina saling percaya.
d) Berikan penguatan positif. R : meringankan pengaruh pikologis akibat kehamilan.
e) Berikan pelayanan kesehatan yang maksimal. R : meningkatkan keehatan mental klien.
a) Anjurkan klien membatasi aktivitas dengan istirahat yang cukup. R : menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga yang terus menerus untuk meminimalkan kelelahan / kepekaan uterus.
b) Anjurkan klien untuk menghindari mengangkat berat. R : aktivitas yang ditoleansi sebeumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita beresiko.
c) Klien beraktivitas secara bertahap. R : aktivitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma serta meringankan dalam memenuhi kebutuhannya.
d) Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi. R : tingkat aktifitas mungkin perlu modifikasi sesuai indikasi.
· Mual dan muntah tidak ada lagi. · Keluhan subyektif tidak ada. . Tanda-tanda vital baik.
KESIMPULAN
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah adalah gejala kehamilan. Mual ini biasanya mulai muncul sekitar minggu ke-enam kehamilan dan akan membaik pada akhir trimester I atau sekitar 13 minggu. Banyak wanita mengalami mual, namun mual jarang menyebabkan masalah yang memerlukan perhatian medis. Jika mual akhirnya menyebabkan mual muntah hebat hingga kekurangan zat gizi, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Sampai saat ini pun belum ada obat yang khusus untuk mual. Dianjurkan : Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis. Makan sedikit-sedikit, tetapi sering. Berikan makanan selingan seperti biskuit, roti kering dengan the hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Hindari makanan berminyak dan berbau. Makanan sebaiknya dalam keadaan panas atau hangat. Defekasi teratur. DAFTAR PUSTAKA § http://zerich150105.wordpress.com/ § http://cakmoki.blogsome.com/ § Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Kperawatn Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001 § Tucker, Susan Martin et al. patient care Standartds : Nursing Prosses, Diagnosis, and Outcome. Alih bahasa Yasmin Asih. Ed. 5. Jakarta:EGC;1998. § Doengoes, Marilynn E. Nursing Care Plans: Guidelines for Planning And Documenting Patient Care. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta:EGC;1999. § Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology: Clinical Consepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta :EGC; 1994. Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. 1. Jakarta: Salemba Medika; 2001. |
Paradigma Asuhan Kebidanan
PENDAHULUAN
Bidan sebagai pemberi pelayanan kebidanan merupakan ujung tombak dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Menurut SDKI tahun 1997, AKI di Indonesia masih tinggi yaitu 340/100.000 Kelahiran Hidup. Salah satu kontribusi menurunkan AKI adalah dengan memberikan pelayanan kebidanan yang diberikan berkualitas. Dalam diri Bidan, agar pelayanan kebidanan yang diberikan dapat berkualitas Bidan harus memiliki cara pandang bagaimana pelayanan kebidanan yang berkualitas? Keberhasilan pelayanan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang Bidan dalam kaitan atau hubungan timbal balik antara manusia/wanita, lingkungan, pelayanan kebidanan,perilaku dan keturunan.. Untuk memahami pokok bahasan ini terlebih dahulu perlu diceritakan atau analog seorang pedagang yang membutuhkan beberapa strategi agar barang dagangannya laku di pasaran, misalnya lokasi penjualan,kemasan yang dijual, target konsumen yang dibidik, mutu barang dagangannya. Pada pembahasan ini akan diuraikan mengenai paradigma asuhan kebidanan, untuk memudahkan dalam memahami akan disampaikan pokok – pokok bahasan yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1. Definisi Paradigma Kebidanan 2. Komponen Paradigma Kebidanan 3. Manfaat Paradigma dikaitkan dengan asuhan kebidanan Pokok Bahasan ini penting, karena Bidan sebagai pemberi pelayanan kebidanan merupakan ujung tombak dalam menurunkan AKI, dengan turunnya AKI keselamatan dan kesejahteraan ibu dan bayi dapat meningkat.
1. Definisi a. Pandangan terhadap manusia / wanita, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan/kebidanan dan keturunan. (9 Modul Kebidanan, BAB Standar Profesi Kebidanan, hal.14) b. Cara Pandang Bidan dalam memberikan pelayanan. (50 tahun IBI Bidan menyongsong Masa Depan, hal. 18)
ACTIVITY 1. Coba sebutkan pengertian Paradigma Kebidanan. 2. Coba jelaskan mengapa Bidan memerlukan Paradigma dalam pelayanan kebidanan ?
SUMMARY Jadi Paradigma Kebidanan adalah Cara pandang Bidan dalam memberikan pelayanan. Bidan memerlukan Paradigma dalam memberikan pelayanan Kebidanan karena : Bidan sebagai ujung tombak dalam dalam menurunkan AKI maka Bidan harus mempunyai pengetahuan atau cara pandang dalam kaitan atau hubungan timbal balik antara manusia/wanita, lingkungan, pelayanan kebidanan, perilaku dan keturunan, sehingga keselamatan dan kesejahteraan ibu dan bayi dapay meningkat.
EXPLANATION 2. Komponen Paradigma Kebidanan a. Wanita b. Lingkungan c. Perilaku d. Pelayanan kebidanan e. Keturunan
Uraian paradigma kebidanan tersebut adalah sebagai berikut : Kelima faktor tersebut memiliki hubungan / kaitan timbal balik antara yang satu dengan yang lainnya sehingga mempengaruhi paradigma / cara pandang bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan, sehingga semua Bidan berkualifikasi dan berkompeten untuk meningkatkan kepuasan dan keamanan bagi wanita dan bayi baru lahir dalam mewujudkan keluarga ideal yang berkualitas.
· Wanita F Wanita / manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam – macam sesuai dengan tingkat perkembangannya. Memperlakukan perempuan dengan menggunakan pendekatan holistik F Memiliki otonomi untuk membuat keputusan berdasarkan pilihan (informed decisions). F Wanita / ibu adalah pendidik pertama serta pencetak generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat diperlukan. · Lingkungan F Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat dalam interaksi individu pada waktu melaksanakan aktivitasnya. F Lingkungan meliputi lingkungan fisik, sosial budaya setempat. F Menghormati perbedaan budaya lokal.
· Perilaku F Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku manusia bersifat holistik (menyeluruh) F Dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan untuk beradaptasi, mengolah informasi dan konseling yang diterimanya. Contoh : Perilaku ibu selama kehamilan akan mempengaruhi perilaku ibu dalam mencari penolong persalinan akan mempengaruhi kesejahteraan ibu dan janin yang dilahirkan, demikian pula perilaku ibu pada masa nifas akan mempengaruhi kesejahteraan ibu dan janin. Perilaku profesional bidan mencakup : 1. dalam melaksanakan tugasnya berpegang teguh pada filosofi etika profesi bidan dan aspek legal. 2. bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinik yang dibuatnya. 3. senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan ketrampilan mutakhir secara berkala. 4. menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah penularan penyakit dan strategi pengendalian infeksi. 5. menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan asuhan kebidanan. 6. menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan dengan praktik kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak. 7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan kaum wanita / Ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri 8. Menggunakan ketrampilan komunikasi 9. Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan keluarga. 10. Merupakan advokasi terhadap pilihan ibu da lam tatanan pelayanan.
· Pelayanan kebidanan
Misalnya : Bidan bersama – sama dengan perempuan dan keluarganya bekerja untuk memberdayakan diri sendiri dan orang lain.
Fokus pada layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi : 1. Layanan kebidanan primer ialah pelayanan Bidan yang sepenuhnya menjadi tanggungjawab bidan. 2. Layanan kebidanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh Bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan. 3. Layanan kebidanan rujukan adalah layanan yang dilakukan bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan juga layanan rujukan oleh Bidan ke tempat / fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya. Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
· Keturunan 1. Kualitas manusia, diantaranya ditentukan oleh keturunan. Manusia yang sehat dilahirkan oleh ibu yang sehat. 2. Hal ini menyangkut persiapan wanita sebelum perkawinan, sebelum kehamilan (prakonsepsi), masa kehamilan, masa kelahiran dan masa nifas. 3. Walaupun kehamilan, kelahiran dan masa nifas adalah proses fisiologis dan ditangani secara akurat dan benar, terkadang keadaan fisiologi bisa menjadi patologis. Hal ini akan berpengaruh pada bayi yang akan dilahirkannya. Oleh karena itu layanan praperkawinan, pra kehamilan, kelahiran dan nifas adalah sangat penting dan mempunyai keterkaitan datu sama lain yang tidak dapat dipisahkan dan semua ini adalah tugas utama bidan.
ACTIVITY 1. Coba sebutkan komponen – komponen apa saja yang memepengaruhi paradigma kebidanan ! 2. Coba jelaskan apa kaitan antarakomponen paradigma kebidanan !
SUMMARY 1. Komponen – komponen yang membentuk Paradigma Kebidanan : - manusia / wanita - pelayanan kebidanan - keturunan - lingkungan - perilaku 2. Kaitan antarkomponen paradigma kebidanan : Kelima faktor yang mempengaruhi paradigma / cara pandang bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan, sehingga semua Bidan berkualifikasi mempunyai standar kompetensi untuk meningkatkan kepuasan dan keamanan bagi wanita dan bayi baru lahir dalam mewujudkan keluarga ideal yang berkualitas.
EXPLANATION 3. Manfaat Paradigma dikaitkan dengan Asuhan Kebidanan Dengan Paradigma Kebidanan maka Asuhan yang diberikan Bidan harus berdasarkan pemikiran kritis, pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dengan ukuran rasional untuk menghindari intervensi yang tidak perlu, sehingga praktik kebidanan harus berdasarkan bukti (evidence Based). Salah satu manifestasi dari Evidence Based adalah asuhan sayang Ibu selama persalinan termasuk,antara lain : · Memberikan dukungan emosional · Membantu pengaturan posisi · Memberikan cairan dan nutrisi · Memperbolehkan ke kamar mandi secara teratur · Pencegahan infeksi. ACTIVITY Coba jelaskan apa manfaat paradigma dikaitkan dengan asuhan kebidanan ! SUMMARY Paradigma Kebidanan mengantarkan Bidan untuk berpikir kritis, pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dengan ukuran rasional untuk menghindari intervensi yang tidak perlu, sehingga praktik kebidanan harus berdasarkan bukti (evidence Based).
KESIMPULAN
Definisi a. Pandangan terhadap manusia / wanita, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan/kebidanan dan keturunan. (9 Modul Kebidanan, BAB Standar Profesi Kebidanan, hal.14) b. Cara Pandang Bidan dalam memberikan pelayanan. (50 tahun IBI Bidan menyongsong Masa Depan, hal. 18)
Komponen Paradigma Kebidanan · Wanita F Wanita / manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam – macam sesuai dengan tingkat perkembangannya. Memperlakukan perempuan dengan menggunakan pendekatan holistik · Lingkungan F Lingkungan meliputi lingkungan fisik, sosial budaya setempat. o Pelayanan kebidanan · Bidan sebagai pemberi asuhan akuntabel atas tindakan yang diberikan, maka Bidan harus : o Mengikuti pendidikan formal profesional o Harus memperbaharui & memperluas pengetahuan & ketrampilan yang menjadi dasar kompetensi praktik kebidanan. · Menggambarkan bidan suatu profesi yang didasari kemitraan antarperempuan (Bidan sebagai penyedia asuhan dan perempuan sebagai penerima asuhan ) Misalnya : Bidan bersama – sama dengan perempuan dan keluarganya bekerja untuk memberdayakan diri sendiri dan orang lain. · Keturunan F Kualitas manusia, diantaranya ditentukan oleh keturunan. Manusia yang sehat dilahirkan oleh ibu yang sehat.
· Perilaku F Dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan untuk beradaptasi, mengolah informasi dan konseling yang diterimanya.
Manfaat Paradigma dikaitkan dengan Asuhan Kebidanan Dengan Paradigma Kebidanan maka Asuhan yang diberikan Bidan harus berdasarkan pemikiran kritis, pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dengan ukuran rasional untuk menghindari intervensi yang tidak perlu, sehingga praktik kebidanan harus berdasarkan bukti (evidence Based).
Last Updated (Sunday, 05 December 2010 02:54) |